top of page

Tips Hiking ke Gunung Lawu

Indah dan misterius. Mungkin dua kata tersebut adalah kata yang cukup menggambarkan sebuah gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, Gunung Lawu. Menjulang di ketinggian 3.265mdpl membuat gunung ini masuk dalam 10 besar gunung tertinggi di Jawa. Sebelum hiking ke Gunung Lawu, ada beberapa tips yang perlu kamu tahu di bawah ini!

Hiking ke Gunung Lawu (Photo by Devi Puspita Amartha Yahya on Unsplash) BuLiBi Bukan Liburan Biasa
Hiking ke Gunung Lawu (Photo by Devi Puspita Amartha Yahya on Unsplash)

Walaupun banyak cerita mistis yang beredar mengenai Gunung Lawu, keindahannya yang super keren tetap menarik ribuan orang dari berbagai penjuru untuk berkunjung ke gunung ini. Teman BuLiBi tahu nggak kalau Candi Cetho merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memulai pendakian? Nah, bagaimana sih proses pendakiannya? Apa saja yang akan ditemui ketika hiking ke Gunung Lawu? Simak tips berikut ini ya!


Basecamp terciamik, Candi Cetho

Candi Cetho berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi ini selain berfungsi sebagai basecamp, juga memiliki area wisata yang bisa Teman BuLiBi kunjungi sebelum mendaki Gunung Lawu. Jalur ini memang merupakan jalur terpanjang jika dibandingkan dengan kedua jalur lainnya yaitu Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Tapi jangan salah, justru di jalur inilah yang akan sangat memanjakan mata kamu!


Akses hiking ke Gunung Lawu

Terminal Tawangmangu adalah acuan termudah untuk menuju Candi Cetho, terutama untuk kalmu yang menggunakan transportasi umum. Jika Teman BuLiBi naik kereta, Stasiun Solo Balapan akan menjadi tujuan akhir kereta kalian. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan naik bus jurusan Terminal Tawangmangu. Dari terminal ini kalian bisa menggunakan angkutan menuju Karang Pandan, lalu ke Terminal Kemuning. Perjalanan disambung dengan ojek hingga ke basecamp Candi Cetho.


Keadaan basecamp-nya pun cukup terawat baik. Hanya dengan 15 ribu rupiah, kalian sudah bisa memarkir kendaraan dengan aman bagi yang membawa kendaraan pribadi, tempat istirahat yang bersih dan nyaman, serta tiket masuk pendakian (tidak termasuk tiket ke candi). Lokasi basecamp yang juga merupakan area wisata menjadikan area ini dipadati oleh penjual makanan dan minuman. Terakhir, jangan lupa daftarkan diri kalian sebelum mulai mendaki supaya pihak pengelola dapat segera membantu apabila terjadi kendala selama pendakian.


Waktu berangkat menentukan waktu istirahat

Untuk kalian yang ingin melaksanakan pendakian, biasanya waktu yang diperlukan untuk naik dan turun gunung ini memakan waktu 2 hari 1 malam, dengan asumsi pendakian normal ditambah dengan waktu bermalam. Sekedar tips buat menghemat tenaga, Teman BuLiBi bisa membeli makanan matang dari basecamp untuk makan siang di perjalanan.


Perjalanan dimulai. Di awal pendakian kaamu akan disambut dengan pemandangan pegunungan dan suasana yang sangat sejuk .Jalan semen yang tertata sangat rapi menandakan kalian masih berada di Area Wisata Candi Cetho. Setelah memasuki sebuah gerbang kecil yang terbuat dari kayu, kita mulai masuk ke jalan setapak dengan vegetasi yang masih cukup terbuka. Dari sini, jalur yang akan kamu lewati sudah berubah menjadi tanah. Perjalanan ke pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam, dengan jalur yang landai dan sangat memanjakan kaki. Sebuah shelter dan pipa air yang bocor menandakan bahwa lokasi tersebut adalah Pos 1 Mbah Branti (1702 MDPL).


Jalur menuju Pos 2 Brakseng (1902 MDPL) tidak jauh berbeda. Jalanan didominasi tanah yang cukup padat dan pepohonan yang masih agak terbuka. Dengan waktu kurang lebih, kalian akan menjumpai area yang cukup luas baik itu di area shelter maupun setelah shelter. Tapi Teman BuLiBi tidak disarankan untuk mendirikan camp di sini ya, karena perjalanan masih sangat panjang.


Mata air dan pendamping pendakian.

Menuju Pos 3, jalur mulai menanjak dan berbentuk seperti tangga alami. Buat Teman BuLiBi yang mau hiking ke Gunung Lawu jangan lupa perhatikan cuaca, ya. Bulan – bulan terbaik untuk mendaki gunung adalah antara Mei – September, memang akan sedikit berdebu tapi lebih baik daripada badai bukan? Walau begitu, jas hujan tetap menjadi barang wajib ya!


Ada satu hal yang sangat dicintai pendaki di jalur ini. yap! sumber air gratis. Di antara Pos 2 dan Pos 3 terdapat pipa air yang dapat kalian manfaatkan untuk mengisi persediaan air. Pipa tersebut sebenarnya merupakan pipa pengairan masyarakat untuk kebutuhan ladang ataupun pengairan ke rumah rumah. Perjalanan menuju Pos 3 adalah yang terjauh dengan waktu tempuh 1,5 – 2 jam perjalanan.


Setelah melewati Pos 3 Cemorodowo (2251 MDPL), kalian harus menghadapi fase terberat di jalur pendakian ini. Tingkat kemiringan bertambah, bonus yang jarang bahkan hampir tidak ada, ditambah lagi kondisi tanah berdebu membuat jalur ini menjadi momok tersendiri bagi para pendaki Gunung Lawu jalur Candi Cetho ini. Tapi tidak perlu takut, karena terkadang kalian akan ditemani oleh seekor burung Jalak Gading. Menurut cerita yang beredar, apabila kalian didatangi oleh burung ini maka kalian akan dituntun sepanjang pendakian hingga tujuan dengan selamat.


Camping Area di Pos 4 Penggik (2551 MDPL) terbilang sangat sedikit dan dikelilingi jurang di sekitarnya, sehingga kurang disarankan untuk mendirikan tenda di sini. Tapi jika Teman BuLiBi cukup beruntung, terdapat satu area yang cukup luas untuk dua tenda sekaligus di bagian bawah shelter Pos 4. Nah, apabila memang dirasa fisik tidak bisa diajak kompromi, Pos 3 bisa menjadi opsi mendirikan camp. Jalur menuju pos 4 yang berat ditambah lokasi camp yang juga minim akan mengharuskan kalian untuk melanjutkan perjalanan hingga Pos 5.


Harta tersembunyi Gunung Lawu via Candi Cetho

Inilah mengapa akan lebih tepat jika kalian ingin hiking ke Gunung Lawu, kalian perlu memulai mendaki dari basecamp sejak pagi hari. Sehingga dengan perjalanan yang santai kalian tidak harus terpaksa mendirikan tenda di pos 3 atau 4.


Utuk menuju pos 5, Teman BuLiBi akan dihadang oleh beberapa tanjakan dan untungnya kali ini alam menyediakan beberapa bonus (tanah landai). Tapi yang perlu kamu tahu adalah tanjakan-tanjakan itu nantinya akan menambah nikmatnya melihat pemandangan yang super keren, yaitu perpaduan yang sangat indah dari luasnya sabana, perbukitan, dan pepohonan yang menyegarkan mata di Pos 5 Bulak Peperangan (2850 MDPL).


Pos 5 adalah salah satu tempat favorit para pendaki untuk mendirikan tenda, karena tempatnya yang merupakan sabana super luas dan super indah (mungkin juga super dingin) bahkan cukup untuk menampung puluhan tenda sekaligus. Perjalanan menuju Pos 5 ini memakan waktu sekitar 70 menit dari Pos 4 Penggik. Lokasinya yang sedikit terbuka membuat kalian akan menikmati sapaan angin lembah Gunung Lawu.


Jika kondisi fisik masih oke dan waktu belum menjelang sore, dengan satu tanjakan lagi kalian akan akan sampai di Gupak Menjangan (2952 MDPL). Di sini, lagi lagi kalian akan disuguhi sabana rumput Gunung Lawu sejauh mata memandang. Pada dasarnya Gupak Menjangan bukanlah salah satu pos pendakian, melainkan sebuah camping ground yang terdiri dari tanah lapang dan beberapa pepohonan yang akan melindungi tenda kalian dari angin gunung. Di Gupak Menjangan ini juga terdapat sebuah kolam yang terkadang akan terisi air terutama di musim hujan. Namun, perlu kamu ingat bahwa air tersebut bukanlah sumber air. Jadi, selalu perhatikan kebersihan airnya ya!



Puncak Ritual dan Puncak Sejati

Apabila kalian memutuskan untuk bermalam di Gupak Menjangan, perjalanan menuju puncak akan jauh lebih dekat. Biasanya untuk memperoleh pemandangan sunrise di puncak, perjalanan harus dimulai dari pukul 3 – 4 pagi. Namun, udara yang dingin dan oksigen yang tipis dapat menjadi konsekuensi perjalanan tersebut.


Perjalanan dilanjutkan menuju Pasar Dieng, dengan pepohonan yang semakin sedikit di area ini. Tapi Teman BuLiBi akan dibuat takjub dengan luasnya Sabana Gupak Menjangan. Mendekati Pasar Dieng, kalian akan mulai memasuki jalur setapak dengan pepohonan yang mulai kembali mendampingi perjalanan kalian. Dengan waktu 45 menit – 1 jam, kamu akan sampai di Pasar Dieng yang ditandai dengan banyak bebatuan dan jalur yang bercabang cukup banyak. Jika kamu ingin melanjutkan perjalanan, pastikan kalian bisa melihat jalur dengan jelas dan pastikan pula tidak ada kabut yang menutupi area tersebut. Jalan yang bercabang bisa menyulitkan kamu dalam menentukan arah menuju puncak Gunung Lawu.


Di ketinggian 3170 MDPL terdapat sebuah rumah beratap hitam yang bernama Hargo Dalem. Menurut warga, di tempat inilah biasanya diadakan ritual di gunung ini, selain itu konon kabarnya Hargo Dalem merupakan lokasi moksa raja terakhir Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya V. Setelah melewati Hargo Dalem, dengan kurang lebih 300 meter dari Hargo Dalem, kalian akan sampai di Hargo Dumilah, puncak tertinggi Gunung Lawu di ketinggian 3.265 MDPL. Dari puncak itu kalian dapat melihat luasnya sabana dan juga terdapat satu lokasi foto yang cukup unik namun juga sedikit berbahaya di bagian bawah puncak. Pastikan kalian mengabadikan diri kalian dengan aman, yes?.

Tutup pendakian dengan mampir ke Warung Pecel Mbok Yem

Belum menjadi sarjana hiking ke Gunung Lawu jika belum mengunjungi Warung Nasi Pecel Mbok Yem. Dengan merogoh kocek kurang dari Rp20.000 kalian sudah mendapatkan sepiring nasi pecel dan segelas teh hangat. Memang sedikit nggak masuk akal kalau dipikir, bagaimana caranya seorang perempuan dengan umur yang tidak muda lagi mampu bertahan di dinginnya puncak Gunung Lawu?


Posisi warung ini juga nggak main – main, lho! Hanya sekitar 10 menit dari Puncak Hargo Dumilah. Menurut cerita yang beredar, Mbok Yem ini akan turun dan bertemu saudaranya di bulan Ramadan dan kemudian kembali naik dan menghabiskan waktu hingga berbulan – bulan di atas gunung.


Gunung Lawu memang terkenal dengan cerita dan juga keindahannya yang melegenda. Tapi semua itu akan tetap abadi jika para pendaki juga selalu menjaga kondisi Gunung Lawu. Untuk kalian yang berencana hiking ke Gunung Lawu jangan pernah memetik ataupun membawa pulang apapun kecuali sampah. Utamakan keselamatan! Impian pendaki bukanlah mencapai puncak melainkan kembali pulang dan dapat memberikan ceritanya kepada orang orang tercinta.


So, kapan kamu mau memutuskan berangkat?

 

(c) BuLiBi - [Kontributor: Ricko Kusuma | Editor: Karina Ovelia]


Suka dengan artikel ini? Silakan share ke media sosialmu!

Baca juga:


Cari tiket pesawat murah:


77 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page