top of page
Gambar penulisbulibiindonesia

Biaya Hidup di Jepang: selengkapnya!

Jepang memang memiliki daya tarik tersendiri sehingga membuat orang ingin berkunjung bahkan tinggal di Negeri Sakura ini. Selain keindahan alam dan kemajuan teknologi yang luar biasa, Jepang juga memberikan banyak peluang menarik bagi mahasiswa maupun pekerja untuk mencari ilmu dan pekerjaan. Sayangnya, biaya hidup di Jepang termasuk salah satu yang termahal di dunia sehingga ada pula yang ragu dan mengurungkan niatnya.

Biaya Hidup di Jepang (Photo: Odhila - IG: @Odickyidol) BuLiBi Bukan Liburan Biasa
Biaya Hidup di Jepang (Photo: Odhila - IG: @Odickyidol)

Sebagai salah satu negara maju di kawasan Benua Asia, Jepang tidak hanya menarik bagi orang Asia saja. Negara yang identik dengan samurai ini juga menjadi salah satu negara tujuan bagi orang Eropa untuk liburan, sekolah maupun bekerja. Bagi sebagian besar orang Eropa, biaya hidup di Jepang mungkin tidak jauh berbeda, tapi bagi orang Indonesia biaya hidup ini bisa membuat kamu pusing mendengarnya.

Banyak komponen biaya hidup di Jepang yang membuat nilainya fantastis. Sebetulnya, nilai biaya-biaya tersebut juga tergantung kota yang akan ditempati. Sama seperti di Indonesia, biaya hidup di Jakarta tentu akan berbeda dengan Yogyakarta. Tapi, kamu juga perlu ketahui bahwa pendapatan di Jepang relatif tinggi sehingga dapat mengimbangi biaya hidupnya. Nah, sebelum teman BuliBi berencana tinggal di Jepang ada baiknya kamu tahu biaya-biaya apa saja yang perlu diperhatikan.

“Apato”: Biaya Hidup di Jepang yang Paling Menguras Kantong

Orang di Jepang sering menyebut rumah atau apartemen dengan istilah “apato”. Urusan “apato” ini memang paling menguras kantong. Tak jauh berbeda dengan di sebagian besar negara, biaya sewa apartemen tergantung dengan lokasi, akses transportasi dan usia bangunan. Untuk memangkas biaya hidup di Jepang ini, banyak penduduk asli maupun mahasiswa dan pekerja asing memilih “apato” yang berada di pinggiran kota sehingga relatif jauh dari kampus atau kantor.

Meskipun lebih murah, harga sewa “apato” ini tetap saja mahal untuk ukuran orang Indonesia. Di Kyoto saja, harga sewa apartemen kecil yang diperuntukkan lajang bisa mencapai 42.000 yen atau sekitar Rp. 5.460.000. Biaya sewa ini tentu akan semakin tinggi jika dibandingkan dengan kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Jadi, kamu mungkin bisa memilih tinggal di kota-kota kecil seperti Kobe agar dapat mengurangi biaya sewa ini. Namun, kamu juga perlu mempertimbangkan biaya transportasi sebelum memutuskan lokasi tempat tinggal.

Mengatasi Biaya Hidup di Jepang untuk Urusan Perut

Tidak hanya bagi wisatawan, biaya hidup di Jepang terkait urusan perut ini memang termasuk mahal. Tapi, ini juga tergantung kebiasaan kamu. Sebagai residen, baik berstatus sebagai mahasiswa atau pekerja, kamu tidak mungkin makan di restoran setiap saat. Untuk informasi saja, makan di restoran biasa bisa mencapai 1.200 yen atau sekitar Rp. 150.000 untuk sekali makan.

Alternatif yang biasanya digunakan untuk mengurangi porsi biaya ini adalah dengan membeli makan/bento di restoran cepat saji atau convenience store seperti Family Mart, Lawson atau Seven Eleven. Harga sekali makan di “konbini” ini bisa mencapai 600 yen atau sekitar Rp. 80.000 untuk sekali makan bento dengan isi yang lumayan lengkap.

Tapi, memasak sendiri di rumah adalah solusi paling tepat untuk lebih hemat. Teman BuliBi dapat berbelanja bahan makanan di supermarket atau pasar, lalu memasak sendiri di rumah. Dengan cara ini kamu dapat menghabiskan hanya 350 yen atau sekitar Rp. 45.000 untuk sehari. Tak hanya hemat, kemampuan memasakmu tentu akan meningkat dengan sendirinya!

Listrik, Air dan Gas: Biaya Hidup di Jepang yang Perlu Dipertimbangkan

Biaya hidup di Jepang lainnya yang perlu kamu ketahui adalah biaya tambahan ini. Saat menyewa apartemen di Jepang, kamu juga perlu memerhatikan biaya pelengkap lainnnya seperti listrik, air dan gas. Umumnya, biaya-biaya ini akan dipisahkan dari biaya sewa yang sudah dibayarkan untuk “apato”. Listrik adalah komponen paling mahal untuk bagian ini. Di Jepang, Air Conditioner (AC) memiliki dua fungsi penting sebagai pendingin sekaligus penghangat ruangan.

Jika musim dingin, penghangat ruangan menjadi sangat esensial. Biaya yang harus kamu keluarkan bisa mencapai 6.500 yen atau Rp. 845.000 per bulan. Saat musim panas, teman BuliBi mungkin bisa menggantinya dengan alternatif kipas angin yang pasti akan memakan biaya listrik lebih murah meskipun kurang nyaman. Sedangkan biaya air bisa mencapai 2.000 yen atau sekitar Rp. 260.000 per bulan dan gas sekitar 4.000 yen atau setara Rp. 520.000 per bulan, tergantung pemakaian.

Solusi Biaya Hidup di Jepang yang Mahal terkait Transportasi

Tak hanya tempat tinggal, biaya hidup di Jepang yang menguras dompet adalah masalah transportasi. Transportasi umum di Jepang memang dikenal super lengkap, bersih dan nyaman. Kereta dan bus adalah alat transportasi yang paling sering digunakan oleh orang Jepang. Terkenal sebagai negara yang disiplin, ketepatan waktu transportasi umum ini tidak perlu diragukan lagi. Untuk di kota seperti Kyoto, satu kali naik bus berbiaya 230 yen atau sekitar Rp. 30.000. Jika kamu perlu pergi ke banyak tempat dalam sehari, kamu bisa menggunakan one-day pass Kyoto Bus seharga 600 yen atau sekitar Rp. 80.000. Dengan tiket ini kamu bisa menggunakan bus dengan naik turun berapa kali pun. Tiket bus jenis ini bisa digunakan oleh residen maupun wisatawan.

Selain itu, di Jepang ada tiket kereta langganan dengan biaya 10.000 yen atau sekitar Rp. 1.300.000 per bulan. Jika mobilitas kamu selama tinggal di Jepang cukup tinggi, teman BuliBi dapat berlangganan tiket ini sehingga dapat berhemat. Tapi, cara yang paling tepat untuk berhemat adalah dengan menggunakan sepeda. Kamu bisa menemui banyak orang lokal menggunakan sepeda sebagai alternatif, khususnya di kota-kota yang sepi seperti Kyoto. Kamu bisa membeli sepeda seharga 10.000 yen di Jepang, sedangkan ongkos parkir sepeda tak sampai 2.000 yen atau Rp. 260.000 per bulan. Untuk itu, saat memilih tempat tinggal kamu perlu pula mempertimbangkan biaya transportasi ini.

Telepon dan Internet: Biaya Hidup di Jepang yang Tak Kalah Penting

Telepon dan internet adalah komponen yang tidak bisa kamu lupakan, termasuk ketika membahas biaya hidup di Jepang. Hidup di jaman modern, kedua hal ini memang sangat esensial. Kamu mungkin sekarang sudah tidak masalah hidup tanpa televisi, tetapi kamu akan cukup stress jika tidak memiliki akses telepon dan internet.

Seperti umumnya di negara maju, kecepatan akses internet di Jepang sangat tinggi. Namun, urusan biaya yang harus dikeluarkan per bulan jika berlangganan wifi di apartemen bisa mencapai 5.000 yen atau sekitar Rp. 650.000 per bulan. Jika kamu tinggal sebagai pelajar atau pekerja, kamu bisa mengabaikan hal ini dengan memanfaatkan internet kampus atau kantor. Sedangkan biaya ponsel bisa mencapai 4.000 yen atau sekitar Rp. 520.000 per bulan.

Selain biaya-biaya hidup di Jepang yang tim BuliBu sampaikan di atas, kamu juga perlu memerhatikan biaya tambahan lainnya seperti biaya kesehatan, belanja pakaian dan kebutuhan hiburan. Ketiga biaya ini sifatnya memang tidak setiap hari, tetapi memastikan kamu mengalokasikan dana untuk hal-hal ini juga penting.

Untuk kebutuhan pakaian, Jepang punya banyak pusat perbelanjaan dari pakaian baru bermerek hingga baju bekas pakai dengan kualitas bagus dan hemat. Sedangkan kebutuhan hiburan, kamu bisa mencari alternatif hiburan gratis yang banyak juga tersedia di Jepang. Jika berencana tinggal lama di Jepang, kamu juga perlu mempertimbangkan biaya kesehatan ini karena Jepang mewajibkan residennya membayar asuransi untuk mereka yang tinggal lebih dari 1 tahun. Setelah tahu biaya-biaya ini, apa teman BuliBi sudah siap tinggal di Jepang?

 

© BuLiBi – [Kontributor: Yeyen P.]

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Ingin teman-temanmu baca juga? Jangan lupa untuk share di social mediamu ya!


Baca juga:


Cari tiket murah ke Jepang:


94 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Komentáre


bottom of page