Dulu, saya makan nasi lauk Indomie.
Saya hanya tamatan SMA.
Sekarang, saya "keliling dunia".
Untuk sebagian besar orang Indonesia (mungkin termasuk kamu juga), konsep "keliling dunia" masih erat kaitannya dengan "punya banyak uang". Ya, kalau kamu maunya keliling dunia ke tempat-tempat upper-class seperti Paris, Perancis, terus menginap di hotel super nyaman, ditambah lagi makan di restoran setiap hari.
"Keliling dunia" versi saya ga perlu muluk-muluk tapi ya ga super "ngoyo" juga. Saya sewa kamar di permukiman lokal. Saya makan di warung lokal. Saya naik transportasi seperti orang lokal. Mereka bisa hidup dari UMR. Kenapa kita ga?
Ini "keliling dunia" versi saya. Ini "keliling dunia" ala nomaden.
Nomaden versi modern
Ingat waktu SD dulu, kita pernah belajar soal cara hidup manusia purbakala yang pindah dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti sumber makanan mereka. Cara hidup saya sekarang bisa dibilang sama, bedanya saya mengikuti keinginan hati (dan dompet). Saya pindah dari satu negara ke negara lain setelah menetap minimal 3 bulan di masing-masing tempat (di kategori "Visa", saya ceritakan detailnya). Selain untuk lebih tahu rasanya tinggal di negara tersebut, ini salah satu cara saya ngirit karena beli tiket 3 bulan sekali saja.
Gimana saya bisa "liburan" 3 bulan lebih? Ini nih asal muasal saya memulai website ini.
"Kamu liburan di Thailand?"
"Pindah ke Vietnam sekarang?"
"Kerja apa di sana?"
Sebenarnya, jawabannya sederhana: saya bisa kerja dari mana saja. Saya tidak dipekerjakan oleh negara-negara tempat saya berkunjung. Kerjaan saya sama seperti saat saya di Indonesia (detailnya bisa kamu baca di kategori "Kerja").
Ya, saya kerja dari rumah. Bedanya, rumah saya pindah-pindah dari satu atap ke atap lain. Dari satu negara ke negara lain.
Comments