top of page
Untuk melihat ini berfungsi, buka situs aktif Anda.
Forum Teman BuLiBi
Selamat datang di forum Teman BuLiBi! Silakan berbagi cerita dan bertukar pikiran di forum ini. Bebas asal baik2 ya!
Cerita tentang pengalaman apply visa yang diapprove maupun ditolak. Silakan berbagi tips dan pertanyaan!
Ajang para blogger dan traveler untuk bersuara. Silakan buat thread masing-masing tiap blogger ya!
Tempat setiap member untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Bikin thread masing-masing, ya!
Tanya info liburan, tips, berita dan lain-lain dari berbagai negara yang sudah tim BuLiBi kunjungi.
Postingan baru
- Jurnal MemberEkspektasi yang terlalu tinggi atau racikan para matchmaker UFC kali ini memang kurang sedap? Entahlah. Yang jelas, main card UFC 276 cukup mengecewakan. "Adesanya seems content to stay here." ujar Daniel Cormier di menit ke-3 ronde terakhir. Yeah, he seems content padahal sebagai juara bertahan, kita berharap lebih dari sekedar content. Ini bukan kali pertama Adesanya mengecewakan penonton dan fans UFC. Ingat pertarungan beliau melawan Romero? Kita bahas lain waktu. Tentunya ini bukan salah Adesanya semata. It takes two to tango. Jika satu pertandingan tidak seru, berarti kedua belah pihak sama-sama bersalahnya, meskipun persentase "dosa"nya berbeda. Balik lagi soal UFC 276 yang menjanjikan pertarungan-pertarungan menarik. Mulai dari Suga Sean O'Malley yang dari rambutnya saja sudah ketahuan niatnya untuk menghibur penonton; le Robbie Lawler yang terkenal dengan gaya tarung brawling-nya; ke dua title fights di co-main dan main. But you know what, di minggu pagi tanggal 3 Juli 2022 ini, I did everything - mulai dari cuci piring sampai menulis piece jurnal ini - but watching UFC. And here's why... Pedro Munhoz vs. Sean O'Malley Eye poke sering terjadi di pertarungan UFC. Susah dihindari memang karena glove UFC tidak menutup jari petarung seperti tinju. Di ronde kedua, tangan O'Malley mendarat terbuka di muka Munhoz, mengenai mata kanannya. Munhoz langsung mengericip kesakitan. Yang mengecewakan adalah saat Munhoz didekati dokter dan berkata "I see black." Dari situ saya tahu, ini bakal berujung no contest. Kamu yang fans UFC pasti sudah melihat banyak eye poke yang jauh lebih parah, bahkan sampai berdarah-darah. Yang dialami Munhoz tidak demikian. Daniel Cormier dan Joe Rogan sendiri bilang kadang fighter merasa terkena eye poke padahal terpukul di mata. Mungkin Munhoz memang jujur saat dia bilang tidak bisa melihat dari mata kanannya tersebut. Atau mungkin dia merasa tidak bisa menang melawan O'Malley dan no contest adalah satu-satunya harapan dia tidak membawa pulang tambahan L. (Di ronde sebelumnya dia mengeluh kena tendang di selangkangan, padahal replay menunjukkan tendangan O'Malley mengenai area belt saja). Apapun itu, pertarungan pembuka main card UFC 276 ini membuat penonton kecewa. At this point, pikir saya pertarungan-pertarungan selanjutnya akan mengobati kekecewaan ini. Little did I know, saya salah. Fast forward to Co-Main Dua pertarungan sebelum co-main cukup menghibur, seperti oasis di tengah gurun kedahagaan akan something to make waking up early on Sunday morning worth it. Tapi kemudian, datanglah co-main. First of all, kenapa harus ada bab ketiga dari match-up ini? Iya, memang Volkanovski bisa dikatakan sudah menyapu bersih lawan-lawannya. Apalagi tidak ada kontender lain yang meyakinkan Dana profit menjanjikan via PPV. Terjadilah Volkanovski vs. Holloway III. Dan seperti layaknya Return of the Jedi, sekuel ini adalah yang terburuk dalam trilogi featherweight ini. Max Holloway bukan lagi petarung yang sama saat ia merebut tahta kelas bulu dari Jose Aldo. Di sisi lain, Volkanovski makin canggih. Mantan pemain rugby ini memadukan power dan endurance dengan ciamiknya. Jangan salah, aksi Volkanovski dalam laga ini super sekali. Tapi Holloway tidak bisa menandingi. Dan karena super chin-nya, Holloway harus menanggung pukulan demi pukulan (yang biasanya merupakan senjata pamungkas si Blessed) ronde demi ronde sampai Buffer mengumumkan hasil scorecard yang jelas-jelas condong ke Volkanovski, Main Event UFC 276: Adesanya vs Cannonier To be fair, kalau kita pisahkan pertarungan ini dari yang lainnya di main card UFC 276 ini, kita masih bisa menikmati, meskipun laga ini tidak seseru yang digadang-gadangkan si Stylebender. Adesanya menang via decision, setelah menghabiskan lima ronde beradu pukulan dan tendangan dari jarak jauh. Cannonier yang terkenal dengan powernya sibuk kejar-kejaran dan menghindar dari leg kick Adesanya. Jujur nih, setelah ronde ketiga, saya tidak lagi memperhatikan apa yang terjadi di tv. Jadi mungkin review saya ini bias. Satu-satunya alasan saya tidak memindah channel is... that slick suit Joe Rogan put on! To that I say... "Next time? There will be no next time." Follow me on IG: @rimba.bulibiSuka
- Jurnal MemberBuat teman BuLiBi yang lagi cari-cari cincin buat si dia (ceuilehhh), bisa mampir ke Amazon. Sekarang banyak produk yang eligible buat free shipping loh! Jadi bisa delivery gratis ke Indonesia. Berikut ini beberapa produk yang BuLiBi rekomendasikan. Pssst... tim BuLiBi sendiri pakai cincin ini loh! Exquisite Sterling Silver March Birthstone Celtic Knot Engagement/Promise Ring. Cek harga 100S JEWELRY Tungsten Rings for Men Two Tone Silver Wedding Bands Gold Grooved Matte Finish Cek harga Frank S.Burton 4mm 6mm 8mm Black Tungsten Rings for Men Women 24K Rose Gold Line Faceted Wedding Bands Ring Brushed Matte Finished Cek harga Cakep kan? Yuk dipilih 😀Suka
- Jurnal MemberSatu hal yang nggak boleh dilewatin saat kamu jalan-jalan adalah mencicipi kuliner khas tempat tersebut. Selain menikmati cita rasa asli makanan khas sebuah tempat, kamu bisa belajar lebih jauh soal budaya dan kebiasaan masyarakatnya. Tapi, kalau belum punya tenaga dan uang cukup untuk traveling sambil kulineran, ada satu cara jitu yang bisa mewakili perasaan serunya mengulik cerita dibalik sebuah sajian. Kamu bisa nonton food shows di Netflix. Adanya layanan streaming berbayar yang menyediakan berbagai film, series, hingga acara tematik ini menjadi penyelamat kebosanan. Khususnya di tengah pandemi Covid-19 ini. Berikut ini beberapa food shows di Netflix yang saya sudah pernah tonton dan menjadi favorit. Kalau kamu punya rekomendasi juga, ikutan komen ya! Street Food: Asia Food show yang satu ini udah nggak asing lagi pasti buat temen-temen yang rajin nonton Netflix. Alasannya bisa macem-macem, tapi saya cukup yakin ini karena salah satu episode-nya mengulas soal gudeg dan lupis khas Jogjakarta. Dari judulnya, kamu sudah bisa menebak bahwa kamu akan diajak jalan-jalan mencicipi makanan kaki lima di beberapa negara di Asia. Selain Jogja, kamu akan pergi ke Bangkok, Osaka, Delhi, Chiayi, Seoul, Ho Chi Minh City, Singapore, dan Cebu. Makanan kaki lima punya daya tariknya tersendiri dan daya tarik itu hampir sama di setiap negara. Selain karena murah dan mudah diakses, rasa dan ceritanya yang melegenda nggak perlu iklan. Cukup jadi cerita turun temurun dan mulut ke mulut. Percakapan yang dimulai dari "udah pernah nyoba (makanan) di (sebuah tempat terkenal) belum?" bisa menjadi awal yang menyenangkan bagi traveler. Kalau kamu pengen tau seputar street food di Asia dengan penyajian sinematografi yang asik dan bikin ngiler, kamu wajib nonton Street Food: Asia! Zumbo's Just Desserts Food shows yang dikemas sebagai acara adu bakat memang nggak pernah ada habisnya. Di saluran TV pun acara ini pasti menduduki slot menjelang prime time. Masih kalah sama sinetron yang berjilid-jilid sih. Tapi dengan dipertahankannya acara adu bakat masak di TV cukup menjadi penjelasan kalau acara ini akan selalu punya tempat di hati pemirsa (cyah...) Ada beberapa adu bakat masak yang sudah pernah saya tonton di Netflix. Salah satunya yang masih lengket di kepala saya adalah Zumbo's Just Desserts. Walaupun saya nggak terlalu bisa masak, saya tau kalo bikin hidangan penutup itu penuh intrik dan teknik yang nggak main-main. Biasanya kalo nonton acara adu bakat masak kan waktu yang disediakan 1 - 2 jam lah ya. Setiap tantangan di acara ini, peserta disediakan waktu 4 -5 jam. Hal itu sendiri udah bikin saya terkesan. Apa yang bikin acara ini menjadi salah satu favorit saya? Di segmen eliminasi, dua peserta yang ada di peringkat terbawah harus beradu mereplikasi dessert buatan Chef Adriano Zumbo. Bagian ini selalu membuat saya tercengang; dessert yang dibuat Zumbo bukan dessert biasa. Entah itu bikin bathub mini lengkap dengan "busa buatan", topi melayang, ataupun telor dinosaurus yang berwarna hijau mengkilap. Saya nggak tau ya kamu menanggapinya gimana.. kalo saya sih, langsung ikutan stress. The Chef's Table Setiap episodenya bercerita tentang chef terkenal dengan restoran mereka yang biasanya udah mengantongi Michelin Star-- Oscar di bidang kuliner. Dengan ulasan mendalam seputar nilai, inspirasi, dan proses kreatif seorang chef untuk bisa menghidangkan sebuah sajian spesial di atas meja, seri dokumenter yang satu ini butuh perhatian dan investasi waktu yang ekstra buat ditonton. Setidaknya, itu yang terjadi sama saya. Soalnya dokumenter ini memang dalem banget, bok. The Chef's Table punya beberapa volume terpisah yang punya tema tersendiri, yang sudah saya tonton kebetulan hanya The Chef's Table: BBQ. Isinya tentang apapun yang berhubungan dengan daging panggang dan cerita mendalam tentang chef-chef terbaik di bidangnya. Favorit saya adalah Tootsie di episode pertama; seorang perempuan paruh baya yang setiap harinya mulai pagi buta harus memanggang dan mengasap daging di Snow's BBQ, Texas. Salt Fat Acid Heat Diadaptasi dari buku dengan judul sama, Salt Fat Acid Heat mengeksplorasi keempat elemen terpenting dalam memasak menurut Samin Nosrat. Food show yang satu ini cocok buat kamu yang lagi pengen nonton dokumenter enteng. Setiap episodenya dibalut dengan serius tapi nggak perlu bikin kamu mikir lama. Semua bisa dinikmati dengan santai. Kamu akan diajak Samin Nosrat berkeliling dunia dan belajar soal keempat elemen tersebut di tempat-tempat terbaiknya. Dengan menguasai keempat elemen ini, kamu bisa menyelamatkan dunia dari Raja Api Ozai. Eh... maksudnya, kamu bisa menguasai teknik memasak yang baik dan benar. Serta menghasilkan rasa terbaik dari setiap sajiannya. Honorable Mention • Korean Pork Belly Rhapsody - semua tentang samgyupsal atau pork belly panggang khas Korea. Episode baru tayang setiap hari Senin. • Flavourful Origins - makanan terbaik Tiongkok dan cerita asal muasal bahan dasar makanan tersebut. Perbedaan cara mengolah masakan antara penduduk di pinggir kota dengan juru masak di restoran menjadi highlight menarik yang dicoba disuguhi lewat acara ini. • Nadiya's Time To Eat - punya jadwal padat dan terlalu sibuk untuk membuat makanan di rumah? Nadiya punya cara-cara tangkas dalam memasak makanan enak tanpa perlu menghabiskan waktu berjam-jam di dapur. Nah, itu semua adalah rekomendasi food show dari saya. Ceritain dong food show yang menurut kamu seru!Suka
bottom of page